Jurnal - First Experience in Gramedia



Bismillah. Assalamualaikum wa rahmatullah wa barokaatuh.

Aloha, guys! Kali ini saya mau share pengalaman cukup menggelikan saya di Gramedia. Maaf ya kalau terkesan cheesy, habisnya karena memang baru pertama kali saya menginjakkan kaki di toko buku yang cukup masyur ini.

Waktu itu kisaran bulan Maret 2018, saya diajak sama teman kamar sebelah (fyi, dulu saya pernah jadi anak kost) untuk jalan-jalan. Katanya jalan-jalan ke toko buku, tapi saya masih clueless toko buku yang mana.

Pada intinya, sepulang saya kerja, kami langsung bergegas pergi. Dan ternyata, mobilnya menuju ke Jogja City Mall. Qadarullah, ini mall terdekat dengan kost saya sekaligus mall yang cukup besar plus masyur di Jogja. Tidak sampai 15 menit kami sudah sampai di pelataran mall.

Begitu masuk, kami disuguhi Gramedia Book Fair di dekat pintu masuk. Sekilas kami masuk dan melihat too much buku berdasarkan kategorinya. Dan rata-rata diskon. Kami hanya melihat-lihat saja karena belum menemukan yang pas.

Kemudian, kami naik ke lantai tiga. Begitu eskalator berhenti, pintu masuk Gramedia sudah tampak di depan mata. Mata saya geser ke kiri sedikit, hmm ternyata Gramedia di sini cukup besar.

Honestly, saya terkesan sih. Maklum, pertama kali kunjungan ke Gramedia. Biasanya kan hanya di toko buku kecil dekat rumah.

First impression saya begitu masuk, 'Oh. Ternyata isinya tidak hanya buku. Ada alat tulis, elektronik, tas, boneka, hiasan rumah yang lucu-lucu.'

Lalu kami berpisah. Saya berkeliling di beberapa deretan rak. Banyak sekali bukunya ternyata. Ada buku latihan soal, bisnis, psikologi, fiksi, islami, genre anak-anak juga ada. Raknya pun menjulang tinggi. Jangan lupa juga tempatnya adem serasa full AC.

Saya sempat berhenti sejenak di rak latihan soal. Ada soal Unas, SBMPTN, TOEFL, dan lainnya. Mayoritas tebal-tebal hampir menyaingi Farmakope edisi IV milik saya. Menyempatkan diri ke rak Islami sebentar, tapi saya engga beli sih. Waktu itu saya belum kenal sunnah, tapi yang saya ingat di sana bukunya nyampur jadi harus milih dengan hati-hati kalau mau beli.

Teman saya nemuin saya, niatnya mau ngajak keluar, tapi pas lewat rak pernak-pernik rumah, kami berhenti sebentar. Lihat kanan kiri, dan memang lucu banget.

Hingga pada akhirnya, kami keluar dari Gramedia dengan tangan kosong... Sungguh cheesy...

Selepas dari Gramedia, kami lanjut ke lantai selanjutnya untuk makan. Lantai ini (kalau ga salah lantai 4) bisa dikata isinya food court dan arena bermain anak. Sempat mencari-cari makanan yang enak, akhirnya saya diajak makan seblak.

Lagi-lagi ini first experience saya makan seblak. Sebelumnya hanya sering dengar nama makanan itu, tapi belum ada bayangan wujud makanannya. Yang saya tahu sebatas seblak itu ada kerupuknya, dan pedas.

Pada akhirnya saya memesan yang level 1. Padahal kalau bisa pesan yang level nol, tapi nanti jadinya bukan seblak kalau gitu^^

Isi seblak milik saya adalah makaroni, kerupuk, sama sayap. By the way, harga ini terpisah antara satu dengan yang lain. Misal, makaroni harganya 6k, kerupuk 6k, sayap 7k. Totalnya untuk seporsi seblak kurleb 19k. Banyaknya item konten tergantung dengan level. Karena saya milih level 1, maka konten seblak saya hanya 3 item. Kalau level 2, 4 item atau berapa, saya lupa.

Minumnya sengaja air mineral biar netral. Begitu seblak datang, honestly saya terpana. Saya nggak menyangka kalau porsinya sebesar itu. Mangkoknya itu kurang lebih diameternya 20cm. Hingga pada akhirnya durasi makan seblak kurang lebih 1 jam.

Setelah sholat Magrib, kami memutuskan pulang. Karena merasa sedikit cheesy ya, masa sudah di mall tidak bawa apa-apa? Jadilah kami mampir ke Gramedia Book Fair sebentar.

Teman saya beli buku, kalau ga salah fiksi. Saya juga beli 2 buku. Yang satu tuntunan doa, yang satunya tentang fakta di bumi ini yang sudah ada dalilnya dan sesuai sunnah.

Qadarullah, dua buku itu tidak ada di saya lagi. Yang fakta Islami itu sempat saya pinjamkan pada kakak untuk keperluan classmeeting, tapi bukunya malah hilang tidak tahu terbawa siapa.

Kalau yang tuntunan doa, buku itu berakhir di pembakaran sampah. Kenapa? Karena doanya sebagian besar tanpa landasan yang jelas, dan tidak sesuai Al Qur'an dan as Sunnah. Yang membuat saya memutuskan untuk membakar, waktu itu saya sudah tahu kalau wudhu cukup baca bismillah dan doa sesudah wudhu. Tapi di sana doa setiap gerakan itu ada, dan itu tidak ada dasarnya. Maka saya putuskan untuk lebih baik dibakar.

Kesannya bakar uang? Iya. Mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur dibeli, mau diberikan orang lain juga itu buku tidak bisa dijadikan rujukan. Daripada menyesatkan, ya dibakar aja. Toh, itu juga cara ulama dalam memperlakukan kitab-kitab mereka yang sekiranya menyesatkan umat. Lebih lengkap di sini

Setelah selesai berburu buku. Kami beneran pulang. Sampai kost sudah jam 9 malam. Padahal kami pergi dari setengah 5 sore. Ternyata selama itu, benar-benar tidak terasa.

Oke, guys. Sampai di sini dulu ya. Insyaallah lain waktu lanjut lagi. Kritik dan saran kirim aja ke ummuali998@gmail.com atau DM @fahmisalaf_

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokaatuh

Comments

Popular posts from this blog